MAKALAH
PEMIKIRAN
MUSTAFA KAMAL TURKI
Di
ajukan untuk memenuhi sebagian tugas individu
Matakuliah Ilmu kalam
Dosen pengampu Amirul mu’minin M.Ag
Di
susunoleh:
Masrukhin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY
BABAKAN CIWARINGIN CIREBON 2016 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT. Yang maha pengasih dan maha penyayang,maha pengampun serta
maha penerima taubat bagi hamba-hambaNya yang mau bertaubat dan memohon
ampunan-Nya.
Sholawat dan salam semoga di limpahkan kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah menunjukan kita ke jalan yang lurus yang di
ridhoi Allah SwT.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya serta Inayah-Nya pulalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini ,sebagai tugas dari Sekolah Tinggi Agama islam Ma’had Aly , pada mata kuliah Pembelajaran Tafsir Tarbawi dengan tema “PEMIKIRAN MUSTAFA KAMAL TURKI” dapat dirampungkan dan di sajikan seperti sekarang ini.
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan semua pihak yang membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami
mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Saran dan
kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semuanya. Amin yaa robbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Cirebon, februari
2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………….…….....ii
BabI
Pendahuluan
A.
LatarBelakang………………………………………………….….…....1
B.
RumusanMasalah……………………………………………….………1
C.
TujuanMasalah………………………………………………….….……1
BabII
Pembahasan
A. Pengertian
Sekulerisme ………………………….………………...….....2
B. Keadaan Turki
pra Sekulerisme …………….……………………….…..2
C. Biografi
Mustafa Kemal ……..…………….……………………………2
D. Politik Mustafa
Kemal …………………….…..……………………...…3
E. Sekularisme
Mustafa Kemal di Turki ….………………..……………....5
F. Dampak
sekuralisme Turki……….…………………………………….. 6
G. Evaluasi
sekuralisme di Turki….….……………………………………..7
BabIII
Penutup
A.
Kesimpulan………………………………………………………..…….8
B.
Saran……………………………………………………………….……8
DaftarPustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemikiran modern atau pembaharuan dalam Islam
mengandung transformasi nilai yang mesti berubah bahkan adakalanya diperlukan
perombakan- perombakan terhadap struktur atau tatanan yang sudah ada dan
dianggap baku, sedangkan nilai- nilai tersebut tidak mempunyai akar yang kuat
berdasarkan sumber- sumber pokoknya Al Quran dan Al Hadist.
Ada beberapa tokoh yang berperan penting dalam
upaya pembaharuan dalam Islam, antara lain Tanzimat, Turki Muda, Zia Gokalp,
Tawfik Fikert, dan juga Mustafa Kemal Ar Taturk. Mustafa Kemal mempunyai peran
yang paling penting di banding yang lain. Pemahaman dia mengenai sekulerisme di
sini merupakan perpaduan yang amat kreatif terhadap ide- ide yang lainnya.
Keislaman dan nasionalisme mengambil pengejawantahan baru dalam idenya Mustafa
Kemal. Sosok modernis yang belakang disebut memang cerdas dalam membaur
kepentingan yang berbeda. Dengan keberanian sekularisasinya, kemal berhasil
cemerlang menapaki kekuasaan politik dan intelektual.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan
masalah, yaitu:
1.
Apa yang
dimaksud dengan sekulerisme?
2.
Bagaimana
keadaan Turki Usmani pra Sekulerisme?
3.
Siapakah
Mustafa Kemal Attaturk?
4.
Bagaimanakah
pandangan politik Mustafa Kemal?
5.
Bagaimanakah
Sekulerisme Mustafa kemal?
6.
Apa saja dampak sekulerisme di Turki?
7.
Bagaimana
evaluasi sekulerisme di Turki?
C.
Tujuan Makalah
1.
Mengetahui
apa yang dimaksud dengan sekulerisme
2.
Mengetahui
keadaan Turki Usmani pra Sekulerisme
3.
Mengetahui
siapa Mustafa Kemal Attaturk
4.
Mengetahui
pandangan politik Mustafa Kemal
5.
Mengetahui
Sekulerisme Mustafa kemal
6.
Mengetahui dampak sekulerisme di Turki
7.
Mengetahui
evaluasi sekulerisme di Turki
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sekulerisme
Dalam “sejarah dan kebudayaan Islam imperium
Turki Usmani”, sekuler diartikan sebagai berikut, bahwa tidak ada campur tangan
agama atau mazhab agama seseorang dalam bentuk apapun atau agama ( Mazhab agama
) seseorang itu tidak boleh menjadi perintang untuk memperoleh hak
kemanusiaannya.
Sedangkan sekularisasi menurut Muhammad Arkoun
adalah sikap spirit dan merupakan kompetisi untuk menguasai kebenaran atau
mencapai kebenaran. Menurut beliau adalah sikap terhadap pengetahuan yaitu
sikap yang berupaya menjadi terbuka dan bebas sampai sejauh mungkin, atau
sampai batas yang memungkinkannya tidak hanya syarat - syarat politis dan
social, tetapi juga kemajuan metodelogi, pengetahuan dan teknik yang
mendominasi dalam suatu masa dan tempat.
Akan tetapi menurut Ahmad Syalaby pengertian
sekuler yang lebih populer berbeda dengan pengertian sekuler diatas, karena
pengertian sekuler yang lebih populer itu hampir sama dengan pengertian atheis.
Pengertian sekuler yang populerlah yang digalakkan di Turki pada masa Mustafa
Kemal.
B.
Keadaan Turki pra Sekulerisme
Kerajaan
Usmani di bawah kebijaksanaan Pemerintah Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan
penjelmaan Turki Muda membawa Kerajaan Usmani (Turki) terjerat dalam Perang
Dunia I. Pemerintahan yang pro Barat ini memilih dan memihak Jerman sebagai
sekutunya.
Dalam
perang tersebut, Jerman adalah pihak yang menderita kalah. Kekalahan Jerman
sebagai sekutu Turki pada Perang Dunia I menyudutkan pemerintahan Perkumpulan
Persatuan dan Kemajuan di Turki pada pilihan yang sulit. Karena peristiwa dalam
negeri Turki akhirnya Kabinet Turki Muda mengundurkan diri dan selanjutnya
dibentuklah kabinet baru yang dipimpin Ahmed Izzet Pasya.
Para
pemuka kabinet yang mengundurkan diri seperti Talut Pasya, Enver Pasya dan
Jamel Pasya lari ke Eropa. Kemudian kabinet yang baru mengadakan perjanjian
dengan pihak yang menang dalam perang yakni Inggris, Prancis dan Amerika.
Dengan
demikian, kehadiran tentara sekutu tidak dapat ditolak, hingga menduduki
bagian-bagian tertentu dalam kota Istambul.
Kemudian pada tanggal 15 Mei 1919 datang kapal-kapal perang Inggris
,Prancis dan Amerika yang diboncengi oleh tentara Yunani.
C.
Biografi Mustafa Kemal
Mustafa
Kemal, seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan Kerajaan Usmani dari
kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ia adalah pencipta
Turki modern dan atas jasanya ia mendapat
gelar Attaturk (Bapak Turki).
Ia lahir di Salonika pada tahun 1881, orang tuanya Ali Riza bekerja
sebagai pegawai biasa di salah satu Kantor Pemerintah di kota itu. Ibunya bernama Zubeyde, seorang wanita yang
perasaan keagamaanya sangat dalam.
Tatkala
dipindahkan ke suatu desa di lereng gunung Olimpus, Ali Riza berhenti dari
pekerjaanya sebagai pegawai Pemerintah dan membuka lapangan perdagangan
kayu. Di daerah itu memang banyak
terdapat kayu. Tetapi dagangannya banyak
diganggu oleh kaum perampok yang berkeliaran di daerah itu. Ia pindah ke
perusahaan lain tapi gagal. Dalam
keadaan susah, ia ditimpa penyakit dan tidak lama kemudian meninggal dunia.
Pada
permulaan masa belajarnya, atas desakan ibunya, ia dimasukkan ke madrasah,
tetapi karena tidak senang belajar di sana, ia selalu melawan guru. Ia kemudian
dimasukkan orang tuanya ke sekolah dasar modern di Salonika. Selanjutnya, ia memasuki
Sekolah Militer Menengah atas usahanya sendiri.
Dalam usia empat belas tahun, ia tamat dari sekolah ini dan meneruskan
pelajaran pada Sekolah Latihan Militer di Monastiri. Pada tahun 1899,
2
setelah menyelesaikan pelajaran di Sekolah
Latihan Militer, ia memasuki Sekolah Tinggi Militer di Istambul. Ijazahnya ia peroleh enam tahun kemudian dan
ia mendapat pangkat kapten.
Ketika
belajar, Mustafa Kemal sudah mengenal politik melalui temannya yang bernama Ali
Fethi. Dialah yang mendorongya untuk
memperkuat dan memperdalam pengetahuan tentang bahasa Perancis sehingga ia
dapat membaca karangan filosof-filosof Perancis seperti Rousseau, Voltaire,
Ausguste Comte, Montesquie dan lain-lan.
Di samping itu , sejarah dan sastra juga menarik perhatiannya.
Tatkala
Mustafa Kemal belajar di Istambul, terjadi penolakan terhadap kekuasaan Sultan
yang absolut, yakni sultan Abdul Hamid.
Pada saat itu, Perkumpulan rahasia dari berbagai kalangan masyarakat
terbentuk. Mustafa beserta teman-temannya dari kalangan sekolah membentuk suatu komite rahasia dengan
menerbitkan surat kabar yang ikut mendukung kritikan terhadap pemerintah
absolut Sultan.
D.
Politik Mustafa Kemal
Setelah
selesai belajar, ia terjun dalam bidang politik. Dari kegiatan politik yang ia lakukan
menjadikan Mustafa bersama teman teman seperjuangan ditangkap dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa bulan. Setelah itu, ia bersama teman-temannya
diasingkan ke luar Istambul. Mustafa Kemal dan Ali Fuat dibuang Ke Suriah.
Selama
masa pembuangan, ia tidak melepaskan kegiatan politik dan sering mengadakan
pertemuan dengan para pemuka yang dibuang ke negeri ini.
Pada
tahun 1906 terbentuklah perkumpulan vaton(tanah Air). Mustafa Kemal menjabat sebagai perwira
sehingga dapat berkunjung ke kota-kota lain.
Untuk membentuk cabang-cabang di daerah lain, seperti Yaffa, Yerussalem
dan Bairut, ia tidak terlalu mengalami kesulitan, seingga ia menemukan daerah
yang strategis, yakni di Salonika.
Cuti
sakitnya yang diperolehnya, ia gunakan untuk mengunjungi kota kelahirannya.
Kesempatan itu juga tidak disia-siakan untuk membentuk cabang dari perkumpulan
yang didirikan di Damsyik. Hanya saja nama cabang di daerah kelahirannya diubah
menjadi varon ve Hurriyet (tanah air dan Kemerdekaan).
Selanjutnya
pada tahun 1907 Mustafa Kemal dipindahkan ke Salinika untuk bekerja sebagai
staf umum. Di daerah ini, perkumpulan
Persatuan dan Kemajuan telah terbentuk sekaligus merupakan pusat perkumpulan
persatuan dan kemajuan. Perkumpuan
Persatuan dan Kemajuan mempunyai pengaruh yang lebih besar di bandingkan
perkumpulan vaton ve Hurriyet. Dengan berbagai pertimbangan, Mustafa
turut menggabungkan diri dalam gerakan Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan. Saat itu ia tidak memegang peranan yang
berarti karena belum dapat menandingi para seniornya seperti Enver, Talet dan
Jewal.
Pada
saat dilangsungkannya konferensi Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan yang
diadakan di Salonika, ia diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, Mustafa memberi isyarat tetang bergabungnya
partai dan tentara menjadi satu dalam perkumpulan tersebut. Mustafa mempunyai pandangan bahwa: Penggabungan
tersebut tidak menguntungkan dalam suatu perjuangan. Agar negara dan Konstitusi dapat
dipertahankan, diperlukan tentara yang kuat di satu pihak dan partai yang kuat
di pihak lain. Perwira yang harus tunduk kepada kepala dapat menjadi prajurit
yan tidak baik dan sekaligus juga politikus yang tidak baik. Ia akan mengabaikan kewajiban-kewajiban
militernya sehingga mempermudah musuh mengadakan gerakan perlawanan seperti
yang diadakan oleh Sultan Abdul Hamid. Dalam pada itu, hubungannya dengan rakya
terputus dan terjadilah kekacauan politik seingga timbullah perasaan tidak senang
di kalangan rakyat. Perwira diberi
altenatif memilih, tinggal dalam partai dan keluar dari tentara atau tinggal
dalam tentara dan keluar dari partai.
Selanjutnya harus dikeluarkan undang-undang yang melarang perwira
menjadi anggota partai. Pendapatnya ini kurang mendapat sambutan dari
konferensi.
3
Mustafa
Kemal dan Ali Fathi tidak sependapat dengan politik yang dilakukan oleh Ever,
Talet dan Jemal. Tanpa segan, Mustafa, dan Ali mengeluarkan kritik terhadap
tiga pemimpin tersebut. Selanjutnya pada
tahun 1913 Ali dibuang ke Sofa sebagai Duta, sedangkan Mustafa ikut sebagai
Atase Milliter.
Dari situlah Mustafa berkenalan langsung
dengan peradaban Barat yang menarik perhatiannya, terutama pemerintah
parlementer.
Tatkala
pecah Perang Dunia I, Mustafa ditarik kembali menjadi Panglima Militer Devisi
19. Dalam medan pertempuran, ia mampu
menunjukkkan keberanian dan kecakapannya di daerah Gallipo dan daerah
perbatasan Kaukakus. Karena kemampuan dan kecakapannya dalam medan pertempuran,
ia dinaikkan pangkatnya dari kolonel menjadi Jenderal. Mustafa juga menerima
gelar Pasya. Hubungannya dengan para pemimpin Perkumpulan Persatuan dan
Kemajuan, tetap kurang lancar. Mustafa menyalahkan politk Enver Pasya dan kawan
kawannya yang melibatkan Kerajaaan Usmani dalam kancah Perang Dunia I. Ia pun mengundurkan idri dari perkumpulan
tersebut.
Selesai
Perang Dunia I, Mustafa diangkat menjadi Panglima dari semua pasukan yang ada
di Turki. Ia ditugaskan untuk
membebaskan daerah-daerah yang telah jatuh ke tanggan sekutu, seperti Izmir dan
Smyrna dari penguasa asing. Dengan
bantuan dari kalangan rakyat yang membentuk gerakan-gerakan pembela tanah air,
ia dapat memukul mundur dan membebaskan daerah wilayah Turki dari penjajah asing.
Kemudian
bersama teman-teman yang berhaluan nasionalis, seperti Ali Fuad, Dauf dan
Refat, ia menentang perintah-perintah yang datang dari Sultan di Istambul,
karena perintah itu banyak bertentangan dengan kepentingan Nasional Turki.
Sultan Istambul saat itu masih berada di bawah pengaruh sekutu.
Dalam
keadaan seperti itu Mustafa melihat perlunya diadakan pemerintahan tandingan di
Anatolia. Segera ia dengan
rekan-rekannya mengeluarkan maklumat yang berisi pernyataan-pernyataan berikut:
1.
Kemerdekaan tanah air sedang dalam keadaan
bahaya
2.
Pemerintah
di ibukota terletak di bawah kekuasaan Sekutu dan oleh karena itu tidak dapat
menjalankan tugas
3.
Rakyat
Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4.
Gerakan
pembela tanah air yang telah ada harus dikoordinasikan oleh panitia nasional
pusat.
5.
Untuk
itu perlu diadakan kongres.
Dengan tersiarnya pengumuman ini, Mustafa
diperintahkan datang ke Istambul, tetapi ia menolak sehingga ia dipecat dari
jabatannya sebagai Panglima. Mustafa keluar dari dinas tentara dan ia diangkat oleh Perkumpulan Pembela Hak-hak
Rakyat cabang Erzurum sebagai ketua.
Kongres yang diadakan pertama kali di Erzurum
menghasilkan untuk membela serta
mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan tanah air dan mengadakan rapat Majelis
Nasional dalam waktu singkat. Kongres
kedua diadakan di Sivas dan disini diputuskan Turki harus bebas dan merdeka dan
selanjutnya dibentuk Komite Perwakilan Rakyat.
Mustafa jadi Ketua.
Dalam pada itu, juga diadakan pemilihan utnuk
Parlemen di Istambul dan golongan nasionalis memperoleh mayoritas. Namun
Parlemen tidak dapat bekerja karena selalu mandapat intervensi dari kalangan
Sekutu dan akhirnya menunda pengadaan rapat sampai waktu tidak tentu. Banyak
dari anggotanya menggabungkan diri dengan Mustafa di Anatolia.
Atas usahanya dapat dibentuk Majelis Nasional
Agung pada tahun 1920. Dalam sidang di Angkara, yang kemudian menjadi ibukota
Republik Turki, ia dipilih sebagi Ketua.
Dalam sidang tiu diambil keputusan-keputusan berikut:
1.
Kekuasaan
tertinggi terletak di tangan rakyat Turki
2.
Majelis
Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi
3.
Majelis
Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif
4
4.
Majelis
Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung menjalankan tugas
pemerintah
5.
Ketua
Majelis Nasional Agung merangkap jabatan Ketua Majelis Negara.
Usaha yang dilakukan terus menerus olehnya dan
teman-temannya digolongkan nasionalis sehingga dan menguasai lingkungan
sehingga sekutu mengakui mereka sebagai penguasa di Turki. Secara de facto de Yure , ditandatanganilah Perjanjian Lausanne
pada tanggal 23 Juli 1923 dan pemerintah Mustafa mendapat pengakuan secara
luar dari internasional.
Setelah perjuangan untuk memperoleh kemerdekan
dapat diraih, selanjutnya ia menghendaki perjuangan baru lagi, yaitu perjuangan
untuk meperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Untuk mewujudkan
hararapan tersebut, ia mengadakan proyek pembaharuan dalam skala besar
E.
Sekularisme Mustafa Kemal di Turki
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh
Mustafa Kemal dipengaruhi bukan hanya oleh ide-ide golongan Barat. Menurutnya
Turki dapat maju hanya dengan meniru Barat.Menurut Ahmed Agouglu, Mustafa dalam
salah satu pidatonya menyatakan b ahwa kelanjutan hidup di dunia peradaban
modern menghendaki agar masyarakat mengadakan perubahan dalam diri
sendiri. Pada zaman yang ilmu pengetahuannnya
membawa perubahan terus menerus bagi bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran
dan tradisi tua dan usang, tidak dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat
turki harus diubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat dan segala
kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Lebih lanjut Ahmed mengatakan bahwa ketinggian
suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan dalam bagian tertentu
saja. Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya
saja, tetapi juga unsur tidak baiknya .
Peperangan antara Barat dan Timur adalah peperangan antara dua
peradaban, yaitu Peradaban Barat dan Islam.
Dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian,
perkakas rumah, sekolah dan institusi.
Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada
kemunduran Islam, sedangkan Barat dengan sekulerismenya menimbulkan peradaban
yang tinggi. Jika berkeinginan untuk
mempunyai wujud, rakyat Turki harus mengadakan sekulerisasi terhadap pandangan
keagamaan.
Konsep nasionalise menurut Mustafa adalah
nasionalisme Turki yang terbatas pada daerah geografisnya, dan bukan ide
nosionalisme yang luas. Daerah gerografis Turki menurut Piagam Nasional tahun
1920 ditetapkan bahwa Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap
daerah-daerah yang dahulu terletak di bawah Kerajaan Usmani kecuali daerah yag
didalamnya terdapat mayoritas Turki.
Westernisme, sekulerisasi dan nasionalisme menjadi dasar pemikiaran
pembaharuan yang dilakukannya.
Pembaharuannya
terhadap bentuk negara dilakukan melalui sekulerisasi. Pemerintahan dipisahkan
dari agama. Sultan di Istambul memang tidak ada lagi, namun sekutu masih
menganggapnya sebagai penguasa Turki, Oleh sebab itu Sultan yang diundang untuk
menghadiri perundingan perdamaian di Lausanne.
Kemudian melalui sidang Majelis Nasional Agung
yang telah dibentuknya, Mustafa menjelaskan bahwa jabatan Khalifah dan jabatan
Sultan adalah terpisah. Khalifah berada di Baghdad (pusat) sedangkan Sultan
berada di daerah.
Oleh
karena itu Turki juga harus dipisahkan.
Akhirnya diputuskan untuk menghapuskan jabatan Sultan dan yang ada
adalah Khalifah yang tidak mempunyai wewenang kekuasaan duniawi, tetapi
kekuasaan spiritual.Dengan demikian Khalifah-khalifah di Istambul hanya
merupakan lambang keislaman Turki. Penghapusan jabatan Sultan menghilangkan
dualisme pemegang kekuasaan duniawi.
Dengan berbagai jalan diplomatik yang ditempuh, bentuk negara disetujui
melalui Konstitusi tahun 1921 menjadi Negara Republik bukan kekhalifahan. Sebagai Presiden terpilih adalah Mustafa
Kemal Pasya.
5
Sekalipun bentuk negara telah republik dan
kepala negara seorang presiden, namun Khalifah yang dipegang oleh Abdul Majid
menimbukan kekacauan karena masih melaksanakan praktek-praktek lama, yakni
sebagai kepala negara , dengan mengirim atau menerima wakil-wakil negara.
Selanjutnya, Mustafa berusaha menghapuskan
jabatan Khallifah, spaya dualisme kepala negara dapat dihindari. Dengan perdebatan yang sengit melalui
Konverensi Majelis Nasional Agung pada tanggal 3 maret 1924 diputuskan
menghapuskan jabatan Khalifah. Khalifah yang menjabat saat itu diperintahkan
meninggalkan Turki bersama keluarganya perdi ke Swiss.
Dengan demikian, dualisme kepala negara telah
hilang. Langkah mustafa selanjutnya adalah menghilangkan hubungan antara agama
dan negara yang masih dijamin dalam konstitusi sebelumnya. Berkat perjuangannya tercapailan harapan
untuk membentuk negara Turki Sekuler tahun 1937 setelah ia menanamkan prinsip
sekuler.
Dengan terbentuknya negara sekuler Turki,
lembaga –lembaga keagamaan yang terdapat dalam pemerintahan, seperti Biro
Syaikh Al Islam, Mahkamah Syariat dan sebagainya. Bersama itu pula dikeluarkan berbagai
peraturan atau undang-undang baru.
Westernisasi dan sekulerisasi yang dilakukan
oleh pemerintahan Mustafa bukan hanya pada bidang institusi, tetapi mencakup
bidang kebudayaan dan adat istiadat.
Sebab itu pemakaian terbus dilarang pada tahun 1925 dan sebagai gantinya
dianjurkan pemakaian topi Barat. Pakaian
keagamaan juga dilarang dan rakyat Turki harus mengenakan pakaian barat baik
pria atau wanita. Pada tahun 1935 dikeluarkan pula undang- undang yang
mewajibkan warga negara Turki mempunyai nama belakang. Hari cuti resmi mingguan
diubah dari hari Jumat menjadi hari Minggu.
Melihat
perkembangan sebagaimana tersebut di atas, Republik Turki merupakan negara
Sekuler. Walaupun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kamal belum negara yang
betul- betul sekuler. Memang benar telah dihapus pemakaiannya dan pendidikan
agama dikeluarkan dari kurikulum sekolah, tetapi Republik Turki Mustafa Kamal
masih mengurus soal agama, melalui Departemen Urusan Agama, sekolah- sekolah
pemerintah untuk imam dan khatib dan fakultas Ilahiyat dari Perguruan Tinggi
Negara, Universitas Istambul.
Mustafa
Kemal sebagaimana nasionalis dan pengagum peradaban Barat tidak menentang agama
islam. Baginya Islam adalah agama yang rasional dan diperlukan oleh umat
manusia. Namun, agama yang rasional ini telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh
sebab itu, ia melihat perlunya diadakan pembaharuan dalam soal agama untuk
disesuaikan dengan bumi Turki. Al Quran perlu diterjemahkan ke dalam bahasa
agar mudah dipahami rakyat Turki. Azan dalam bahasa Turki mulai dilaksanakan
pada tahun 1931. Fakultas Ilahiyat dibentuk untuk mempelajari pembaharuan yang
diperlukan itu. Namun, usaha itu tak berhasil dan pemikiran untuk mengadakan
pembaharuan
dalam islam melalui Pemerintahan ditinggalkan.
Sekularisasi
yang dijalankan oleh Mustafa Kemal, tidak menghilangkan agama. Sekularisasinya
berpusat pada kekuasaan golongan utama dalam soal negara dan dalam soal
politik. Oleh karena itu, pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang,
seperti partai Islam, partai Kristen, dan sebagainya. Yang terutama
ditentangnya adalah ide Negara Islam, dan pembentukan negara Islam. Negara mesti
dipisahkan dari agama. Institusi-institusi negara, sosial ekonomi, hukum,
politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan syariat. Negara dalam
pada itu, menjamin kebebasan bagi rakyat.
F.
Dampak Sekulerisme di Turki
1.
Negeri
dan rakyat Turki pada waktu ini (1971 M) boleh dikatakan suatu negara yang
penduduknya masih beragama Islam, tetapi sudah terisolir begitu rupa dari
dunia-dunia Islam yang lain. Kalau dulu di zaman khalifah dan syaikhul Islam,
pengaruh Turki berkumandang ke seluruh pojok dunia maka sekarang hubungan itu
sudah putus sama sekali.
6
2.
Kalau
dulu Turki dianggap “Imam dunia Islam” dalam soal-soal keagamaan, kebudayaan,
ilmu pengetahuan, tetapi sekarang turki sudah dilupakan oleh dunia Islam. Turki
sekarang sudah dianggap oleh dunia Islam negeri yang penduduknya masih beragama
Islam, tetapi tidak berpengaruh apa-apa lagi. Dalam dunia politik, Turki bukan
lagi suatu imam politik dari negeri - negeri Islam Asia Afrika, tetapi Turki
sudah menjadi makmum, pengekor dari roda politik dunia Barat, tidak bisa lagi
dimasukkan ke dalam kategori negara - negara besar”.
3.
Agama
menjadi rusak atau menjadi hilang, akibat dari penukaran Qur’an suci dari
bahasa Arab ke bahasa Turki, begitu juga penukaran upacara-upacara agama,
seperti adzan, sembahyang, berdo’a dari bahasa Arab ke bahasa Turki maka
semuanya jadi centang - prenang dan menjadi kacau. Apalagi bahasa Turki tidak
mempunyai cukup istilah - istilah yang dapat menyerupai 100% apa yang
terkandung di dalam bahasa Arab. Maka pengertian keagamaan pun jadi berubah.
Dari corak yang dibawa Al-Qur’an suci ke corak nasionalis-Turki yang sempit.
4.
Akibat
dari pada diperbolehkannya wanita Islam kawin dengan pemuda Nashara dan Yahudi,
maka darahnya bangsa Turki sesudah Mustafa Kemal menjadi darah Fifty - Fifty,
50% darah islam dan 50% darah Nashara atau yahudi, kalau tidak akan dikatakan
menjadi 75% darah Nashara dan darah Yahudi.
G.
Evaluasi Sekulerisme di Turki
Usaha-usaha pembaharuan diteruskan oleh para
pendukungnya. Tetapi di sini dijelaskan sekali
lagi bahwa rasa keagamaan yang mendalam di kalangan rakyat Turki tidak
menjadi lemah dengan sekulerisasi yang dilakukan Mustafa Kamal dan Pemerintah
Nasionalis Turki. Islam telah mempunyai akar yang mendalam pada masyarakat
Turki, dan payah dapat dipisahkan dari identitas nasional Turki. Orang Turki
merasa dihinakan kalau dikatakan bahwa ia bukan orang islam.
Tidak mengherankan kalau tidak lama kemudian
gerakan “kembali kepada agama” timbul di Turki. Di tahun 1940 imam- imam
tentara mulai bertugas di angkatan bersenjata Turki. Di tahun 1949 pendidikan
agama dimasukkan kembali ke dalam kurikulum sekolah selama dua jam per minggu.
Setahun kemudian pendidikan agama itu dibuat bersifat wajib. Fakultas Ilahiyat
yang di tahun 1933 dirubah menjadi Institut Agama Islam, dihidupkan kembali di
tahun 1949. Mulai dari tahun 1950 orang- orang Turki telah dibolehkan naik haji
ke Mekkah. Majalah- majalah islam mulau muncul seperti Sebil-ur- Resad dan
Selamat. Ensiklopedia islam juga diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Tarekat,
yang selama ini tetap mempunyai pengikut besar secara rahasia di kalangan
petani dan buruh, mulai berano menonjolkan diri. Dalam bidang politik islam
juga mulai memainkan rol.
Mustafa Kemal tidak menghilangkan agama Islam
dari masyarakat Turki , dan mustafa Kemal memang tidak bermaksud demikian. Yang
ia maksud ialah menghilangkan kekuasaan agama dan bidang politik dan
pemerintahan.
7
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dalam “sejarah dan kebudayaan Islam imperium
Turki Usmani”, sekuler diartikan sebagai berikut, bahwa tidak ada campur tangan
agama atau mazhab agama seseorang dalam bentuk apapun atau agama ( Mazhab agama
) seseorang itu tidak boleh menjadi perintang untuk memperoleh hak
kemanusiaannya. Pada saat kehancuran Turki, pemerintahan Turki sangat
berantakan. Daerah Turki banyak yang dijajah oleh Barat.
Mustafa
Kemal, seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan Kerajaan Usmani dari
kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Pembaharuannya
terhadap bentuk negara dilakukan melalui sekulerisasi. Pemerintahan dipisahkan
dari agama. Sultan di Istambul memang tidak ada lagi, namun sekutu masih
menganggapnya sebagai penguasa Turki, Oleh sebab itu Sultan yang diundang untuk
menghadiri perundingan perdamaian di Lausanne.
Semenjak
Mustafa Kemal meninggal, usaha-usaha pembaharuan diteruskan oleh para
pendukungnya. Tetapi di sini dijelaskan bahwa rasa keagamaan yang mendalam di
kalangan rakyat Turki tidak menjadi lemah dengan sekulerisasi yang dilakukan
Mustafa Kamal dan Pemerintah Nasionalis Turki. Tidak mengherankan kalau tidak
lama kemudian gerakan “kembali kepada agama” timbul di Turki
2.
Saran
Demikian makalah
sederhana ini kami buat terima kasih kepada para pembaca yang telah menelaah
isi makalah ini yang tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena
kekurangannya pengetahuan dan bahan rujukan yang ada hubunganya dengan judul
makalah ini.
Kami
mengharap saran dan kritikan yang membangun dari pembaca untuk sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pribadi dan umumnya bagi
para pembaca yang di rahmati Allah SWT.
8
DAFTAR
PUSTAKA
Nasution,
Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. 1975.
Jakarta: Bulan Bintang
Sani,
Abdul. Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam islam. 1998.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syaukani,
Ahmad. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. 1997. Bandung:
Pustaka Setia.
No comments:
Post a Comment